Jakarta, CNN Indonesia —
Menjadi dermawan tidak akan pernah membuat orang menjadi miskin walaupun harta banyak disumbangkan untuk orang lain.
Begitu juga mungkin yang terjadi pada Harald Link. Meskipun dermawan dan peduli terhadap karyawan, ia tetap masih kaya raya.
Berdasarkan catatan Forbes, ia memiliki harta US$1,8 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp16.218 per dolar AS, kekayaan itu tembus Rp29,19 triliun.
Dengan jumlah harta itu, ia berhasil menduduki posisi orang terkaya nomor 11 di Thailand.
Lalu siapa sebenarnya Harald Link dan bagaimana dia bisa sekaya itu?
Mengutip berbagai sumber, Harald Link lahir di Swiss pada 12 Januari 1955 dari pasangan Monika (Ruedt) dan Dr. Gerhard Link. Gerhard Link adalah anak dari Adolf Link, seorang manajer B.Grimm, sebuah konglomerasi perusahaan multinasional asal Thailand yang didirikan pada 1878 lalu.
Perusahaan itu bergerak di bidang perawatan kesehatan, energi, bangunan dan sistem industri.
Artinya, Harald merupakan generasi ke-3 di keluarganya yang mengelola B. Grimm. Tidak banyak informasi yang bisa digali soal masa kecil Harald Link.
Pasalnya, jejak kehidupannya baru mulai terlacak saat ia kuliah di Universitas St. Gallen, Swiss.
Selepas kuliah di kampus itu pada 1978 lalu, Harald yang masih berusia 23 tahun langsung bergabung dengan ayahnya Gerhard dan pamannya Herbert Link untuk mengelola B. Grimm.
Ia diangkat ayah dan pamannya menjadi asisten mitra pengelola. Berkat kepiawaiannya, dalam waktu 10 tahun ia langsung diangkat menjadi managing partner perusahaan.
Lalu sembilan tahun kemudian, dia berhasil mengambil alih Grimm dan menduduki posisi CEO. Di bawah kepemimpinannya, B.Grimm tumbuh menjadi perusahaan multinasional yang kuat.
Bisnis yang dijalankan perusahaan semakin beragam dari awalnya sektor kesehatan, energi, bangunan dan sistem industri ke transportasi, gaya hidup, real estat dan digital.
Dengan perkembangan bisnis itulah, selama masa jabatannya di B. Grimm sebagai CEO, pendapatan tahunan perusahaan yang tadinya hanya US$50 juta melesat menjadi lebih dari US$2 miliar.
Kemajuan itu tak lepas dari strategi ganda yang ia terapkan. Strategi itu adalah bermitra dalam usaha patungan dengan perusahaan global terkemuka yang ia kagumi.
Tercatat sejumlah kemitraan ia jalin, antara lain dengan Amata, CP Group, Ratanarak, Merck, Carl Zeiss, Siemens, United Technologies, Sumitomo, Getinge, Beijer, KSB, dan lainnya.
Strategi kedua, merambah bisnis baru yang independen dari produsen multinasional.
Pada 1992, ia mendirikan pabrik baru dan memperluas bisnisnya ke bidang pembangkit listrik, produksi biodiesel, dan industri gaya hidup. Ekspansi bisnis ini sukses besar.
Terutama ekspansi bisnis yang ia lakukan ke ke bidang pembangkit listrik. Di bawah kendalinya, B. Grimm memiliki dan mengoperasikan lebih dari 20 pembangkit listrik di Thailand, empat di Laos dan satu di Vietnam.
Pembangkit listrik mereka berhasil menyediakan listrik dan uap untuk jaringan listrik nasional serta hampir 200 industri besar.
Berkait ini semua, bisnis pembangkit listrik B. Grimm kemudian menyumbang 80 persen dari total pendapatan perusahaan.
Kesuksesan ini toh tak kemudian membuat Harald Link berpuas diri. Di bawah komandonya, B. Grimm kemudian mempelopori pengembangan energi terbarukan melalui proyek pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, dan angin.
Selain dua strategi itu, Harald menyebut kesuksesannya dalam membesarkan B. Grimm tak terlepas dari budaya kerja dan kasih sayang baik ke karyawan perusahaan maupun masyarakat.
“Kami bersyukur atas sejarah panjang dan terhormat kami dalam menjalankan bisnis dengan penuh kasih sayang,” katanya seperti dikutip dari bangkokpost.com.
Dermawan
Tak hanya piawai dalam berbisnis, Harald Link juga dikenal dermawan dan peduli dengan karyawannya. Saat pandemi covid melanda, perusahaannya memberikan vaksinasi kepada seluruh karyawan.
“Pertama dan terpenting, kami berupaya membantu masyarakat luas dan khususnya masyarakat kami dan keluarga mereka agar tetap bahagia. Dengan memberikan vaksinasi kepada seluruh tim kami selama pandemi, kami hanya memiliki satu kasus Covid-19 di antara staf kami,” katanya.
“Kami berusaha untuk merawat karyawan kami dengan baik dan mengembangkan mereka,” imbuh Link.
Ia juga tercatat memiliki banyak proyek amal, mulai dari pendidikan dan lingkungan hingga seni dan olahraga.
Di bidang seni, ia memiliki Yayasan Royal Bangkok Symphony Orchestra (RBSO). Ia memimpin yayasan tersebut selama empat dekade untuk mengembangkan musik klasik di kalangan generasi muda dan membuat musik klasik dapat diakses oleh semua orang.
Di bidang olahraga, ia dikenal secara internasional atas perannya sebagai presiden Federasi Berkuda Thailand. Ia bekerja tanpa kenal lelah untuk meningkatkan standar olahraga di kawasan Asia.
Di bawah kepemimpinan visionernya, ia mengukir sejarah dengan mengirimkan tim nasional berkuda Thailand untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, dan tim Thailand memenangkan Kejuaraan Asia FEI pertama pada 2019.
“Kami mendukung kegiatan budaya seperti olahraga berkuda dan musik Barat karena dapat membantu meningkatkan citra masyarakat Thailand sebagai masyarakat yang berbudaya dan kompeten. Sebenarnya Thailand menjadi yang terdepan dalam olahraga berkuda di banyak kompetisi regional,” ujarnya.
Proyek filantropi Harald Link lainnya adalah program pendidikan sains yang disebut “The Little Scientist House”.
Ini adalah sebuah proyek dari HRH Putri Maha Chakri Sirindhorn yang kini diajarkan di lebih dari 22.245 sekolah Thailand di seluruh negeri.
B.Grimm juga mendukung Princess Mother’s Charities Fund of Thailand dalam memberikan beasiswa keperawatan, yang saat ini berjumlah lebih dari 6,104 penerima.
(pta)